Matahari sudah condong ke barat, Susi
beserta Bu Susah sedang berkebun di kebun warisan kakeknya yang tak jauh dari
rumahnya. Sewaktu mereka berdua asyik berkebun, Susi mencecar banyak pertanyaan
kepada ibunya. Ia selalu menanyakan apa itu keindahan alam.
“Bu, Susi mau tanya boleh tidak?”
“Boleh anakku, memangnya apa yang ingin
engkau tanykan kepadaku, Nak?”
“Alam itu apa sih Bu?”
Setelah mematikan kran airnya yang
dipakai untuk menyiram tanaman radi, Bu Susah termenung sejenak sambil
menggaruk-garukkan kepalanya karena bingung hendak menjawab apa pertanyaan yang
diberikan Susi tadi.
“Alam itu… yang ada di sekitar ini Nak!”
“Oo begitu, lalu apakah alam itu beguna
bagi kehidupan manusia Bu?”
“Tentu Nak, karena tanpa alam, manusia
tidak dapat hidup, coba kamu bayangkan Nak, jika hutan dan sawah sudah tidak
ada manusia akan makan dan mendapat sumber oksigen dari mana Nak?”
Karena semakin penasaran tentang apakah
keindahan alam itu, Susi perlahan mulai mencoba memahami apa jawaban yang Bu
Susah berikan padanya, lagi-lagi Susi melemparkan banyak pertanyaan kepada
ibunya.
“Loh, kan teknologi zaman sekarang sudah
maju Bu, kenapa kita masih membutuhkan alam?”
“Justru teknologi yang membutuhkan alam
Nak, coba kamu piker, salah satu bahan dari meja adalah kayu, sedangkan kayu
disediakan oleh alam. Sekarang ibu tanya, jika manusia dapat menciptakan meja,
apakah manusia juga dapat membuat kayu?”
“Tidak Bu! Berarti alam sangat berguna
bagi manusia dan makhluk hidup lainnya ya, Bu?”
“Betul sekali Nak, maka dari itu, kita
diwajibkan untuk menjaga kelestarian alam supaya anak cucu kita masih dapat
melihat keindahan yang sekarang kita lihat ini nak. Karena alam merupakan
pemberian dari Allah, maka kita juga harus bersyukur kepada-Nya Nak, karena
alam merupakan pemberian agung dari Allah untuk kita manfaatkan dan kita jaga.”
Susi sudah paham apa yang dikatakan
ibunya kepadanya, perlahanpun Susi sudah mengerti apa itu keindahan alam. Namun
ia masih penasaran tentang jawaban yang ibu berikan tentang manusia harus
menjaga alamnya. Kemudian Susi bertanya kepada ibunya lagi.
“Memangnya, alam itu bisa rusak ya, Bu?”
“Oh tentu bisa Nak, alam dapat rusak
karena ulah manusia itu sendiri Nak.”
“Memang perbuatan apa yang dilakukan
manusia yang dapat merusak alam, Bu”
“Contohnya penebangan liar, menggunakan
kendaraan atau pabrik-pabrik yang mengeluakan banyak polusi, dan masih banyak
lagi.”
“Oo kasian ya alam yang indah ini jika
dirusak oleh manusia. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menjaganya,
Bu?”
“Banyak cara Nak yang dapat dilakukan
untuk menjaga kelestarian alam, salah satunya adalah Reboisasi. Reboisasi yaitu
program pemerintah untuk menanami hutan yang telah gundul dengan tanaman yang
baru Nak.”
Karena Susi sudah paham apa penjelasan
yang Bu Susah berikan kepadanya, Susi langsung mengajak pulang Bu Susah. Sambil
berjalan Susi memperhatikan alam disekelilingnya sambil tersenyum. Di tengah
perjalanan, mereka berhenti sejenak untuk melihat eloknya pemandangan saat
matahari akan tenggelam. Saat matahari sudah setengah tenggelam dan hari mulai
gelap, mereka melanjutkan perjalanan pulangnya ke rumah. Setelah sampai di rumah,
mereka di sambut oleh Pak Mardi yang baru saja pulang kerja.
“Assalamualaikum Pak, Susi dan Ibu pulang
nih!”
“Wa’alaikumsalam, eh anak dan istriku
sudah pulang, sini masuk saja, Bapak sudah buatkan teh buat kalian, kalian
pasti capek dan haus kan setelah berkebun tadi?”
“Iya pak, tapi asyik sekali lho Pak
berkebun sama Ibu tadi, kita berkebun sambil melihat keindahan alam yang luar
biasa ini Pak.”
“Oh bagus lah kalau begitu, kapan-kapan
ajak Bapak ya, kita berkebun bertiga bersama-sama. Oke!”
“Oke Pak!! Siap laksanakan!”
Bapaknya tertawa terbahak-bahak atas
sahutan yang dibekan Susi padanya, tak lama kemudian, Bapak mengajak istri dan
anaknya untuk shalat Maghrib berjamaah bersama.